_eNdLesS LoVe_

Bismillaah………… Aku berdo’a kepada Rabbku agar selalu diberi taufiq untuk selalu menyusuri jalan yang diridhaiNya Dan memohon agar diberi Cinta Yang Tak Berkalang Noda…. Dimana Cinta itu Mengalir begitu Deras… Supaya Bahagia Riang Hatiku… karena Cinta dan Benciku hanya Tertambat padaNya… pada Dia yang Pemilik segala Cinta dan kehidupan Cinta

the Endless Love_ UntukMu wahai Tuanku Yang aku menghamba kepadaMu. UntukMu wahai Tuanku Yang menguasai kehidupanku, Yang lebih mengenal diriku daripada aku sendiri, yang memenuhi segala kebutuhanku, Yang selalu Baik padaku . UntukMu wahai Tuanku Yang Mahanya segalanya, dan UntukMu yang tak mampu jua tertuliskan Keindahan dan Kebsaran namaNya walaupun seluruh pohon  menjadi pena dan seluruh lautan menjadi tintanya

kemudian….

The EndLess Love_ untukmu wahai pemberi peringatan, yang sangat mencintai umatmu dan sangat pencemburu… yang akhlakmu adalah Qur’an, dan hadistmu bukanlah dari hawa nafsu. untukmu wahai pemberi kabar gembira…. semua ilmu dan jalan yang terang- benderang  telah engkau bentangkan kepada kami. untukmu wahai pemberi syafaat pada hari kiamat yang akan bangga dengan jumalh-jumlah umatmu. untukmu wahai yang memiliki sahabat-sahabat yang mulia.. yang berdiri diatas haq dan insya Allah kami akan terus mencintainya dan mengikutinya. Semoga keselamatan atasmu, atas keluargamu, atas sahabat-sahabatmu dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat.

kemudian…

the Endless Love_untukmu wahai pahlawanku, yang telah bersusah payah melahirkan, menyusui, merwatku dengan baiknya, yang mengorbankan peluh dan darah bahkan nyawa. untukmu yang selalu sabar untuk tidak nyenyak tidur ketika rengekanku tumpah ditengah malam, untukmu yang tangisnya selalu tumpah dimalam sunyi demi mengharap- segala kebaikanku. untukmu yang tak bisa terbalas dengan ucapan terimaksih, tak bisa terbalas dengan emas permata.

kemudian…

the Endless Love_untukmu wahai yang tersayang, idolaku, waliku, huph… yang memeras keringat,membanting tulang, yang pernah juga tulangmu remuk dalam menunaikan amanahmu. yang sering kusasahkan dari kecil sampai sekarang… dan tak tahu apa lagi yang harus aku katakan…hanya ingin memeluk erat dan membuatmu tersenyum suatu saat.

the EndLess Love_ untukmu wahai teman seperjalananku, tempat mengabdikan hidupku, surgaku atau nerakaku, yang akan membahagiakan diriku serta yang akan selalu menemaniku di dunia dan akhirat kelak, dan bapak dari anak- anakku. untukmu wahai yang membanting tulang demi untukku dan keluargamu. untukmu wahai yang menjadi imam dalam hidupku, pengajar tetap di universitas kehidupanku, tempat kusandarkan kepala ketika kulelah dengan gelombang2 kehidupan. untukmu yang nanti akan sabar dan berlapang dada dengan kekuranganku dan untukmu yang akan kupersiapkan segala yang terbaik ketika bertemu.

Sindiran seorang “Preman”

Bismillaah

  • “Inilah diriku.. yang sedikit beramal, tapi sudah sangat bannga dengan amalan itu”,
  • “Inilah diriku… yang katanya sering mendengar ceramah tentang iman dan tawakkal,malah  sering ber-su’udzon kepada Rabbku, yang Maha Adil”.
  • “inilah diriku… yang mengerti bahwa orang tua adalah pintu surga malah sering mbalelo dan memikirkan ke-egoisan diriku”

Anak itu dan keluaganya sangat kukenal dengan baik, dia bukanlah seorang preman dalam artian sesungguhnya, hanya saja ibunya  sering mengeluh tentang kenakalannya, pada hari itu ibunya mengajakku ke rumahnya sepanjang jalan ibunya mengeluh akan kenakalannya… dia seorang anak perempuan masih beliah, masih SMP tapi sudah tidak terhitung berapa kali dia pindah sekolah karena kasus yang dihadapinya bahkan yang lebih parah dia pernah dikeluarkan dari sebuah sekolah ketika masih duduk di kelas 2 SMP, macam-macam kasusnya mulai dari mengkonsumsi obat terlarang, mengedarkan obat, perkelahian antar geng, pesta miras, pencurian, kabur dari rumah… Masya Allah.. batinku, masih kecil sdh akrab dengan polisi… #sigh

pernah dikeluarkan dari sekolah pun tak membuatnya jera, untunglah ibunya memiliki banyak koneksi guru sehingga pendidikannya sedikit terselamatkan. ibunya mengeluh.. “biarlah nduk yang penting masih mau sekolah”. aku heran.. “kenapa bu tidak ditaruh pondok saja? biar insap?”, ibunya menjawab “tak kurang-kurang nduk pondok pesantrean waktu itu saya minta-minta untuk menampung anak itu.. tapi begitu tau mau dipondokkan anaknya malah minggat”, ya Allah… #ternyataAkuMendinganY

disela ibunya menjemput si Anak di sekolahnya, aku duduk2 membaca-baca buku pelajarannya, ditumpukan buku itu ada buku diary kecil… tak pikir panjang aku sangat penasaran #Astagfirullah… kubaca cepat-cepat… ah aku benar-benar tertampar dengan isinya, ya Allah anak itu…. meskipun senakal itu…lembaran demi lembarannya berisi “Ya Allah..”, “Tolonglah hamba-hambaMu..”, “sesungguhnya hambaMu ini lemah… dan hanya Engkau yang memiliki kekuatan…”, “Ya Allah engkaulah yang lebih tau dari ap yang mereka katakan…”, “ya Allah aku mau berkorban asal keluargaku bahagia”, “dan bilaa harus Engkau cabut nyawaku ketika aku masih muda… tidak apa-apa yang penting keluargaku bersatu dan bahagia”, dll

ingin aku ambil rasanya serpihan kaca, dan kuamati pantulan-pantulan retak dari satir-satirnya, atau ingin aku ambil ‘bathok’ untuk berkaca sampai tak terlihat bayang mukanya karena buruknya. seorang anak yang dianggap  ‘nakal’ tapi begitu mengharap pertolongan Allah, begitu berbaik sangka dengan pertolongan Allah.. sementara diriku.. yang sering mendengar hujjah- hujjah… malah sering tertutup hatinya hanya karena memenuhi perasaan dan syahwat belaka.. ya Allah aku Malu.

aku sering hanya memenuhi ketimpangan hati, dan membuat kerasnya hati serta tak mau menerima nasehat dengan alasan-alasan yang ‘gokil’ dan sulit diterima ketika diberi nasehat seperti: -ketika seorang ahli ilmu yang memberi nasehat, kujawab dalam hati “ya, Allah memang lebih memberi keberuntungan dan kelebihan kepda Anda, sehingga mudah saja anda memberi nasehat begitu kepada saya”. -ketika seorang yang kita anggap lebih ‘awam’ yang memberi nasehat, kujawab dalm hati “mengerti apa anda tentang masalah saya?”… masya Allah.. Allahu musta’an… semoga Allah menghilangkan semua sifat-sifat kesombongan, dan membari kita semua taufik agr bisa mengamalkan ap yang kita mengetahuinya, dijauhkan dari kerasnya hati dan sifat suka membantah…. serta dijadikan hamba-hamba yang selalu meminta tolong dan menyerahkan semua urusan kepada Allah, Aamiin ya Rabb

Penyesalan yang Mengagumkan

Bismillahirrahmanirraahiim-

Mengcopy dari status sahabat  fesbuk -smg Allah menjaganya-, yang semoga sangat bermanfaat untuk saya pribadi dan teman-teman semuanya, kisah diambil dari sebuah pondok pesantren putri kecil yang pernah saya ceritakan pada saat bersama kalian (part3). Subhanallah benar- benar pondok kecil yang selalu kurindukan#SdikitMengenang.

—————————————————————————————————-

Disudut teras itu sudah biasa kumulai percakapan dengan beberapa teman yang hebat. Lantai yang dingin dibawah sinar temaram matahari yang masuk di celah-celah daun pohon jati yang menaungi pondok di desa kecil ini. Atau biasanya kudatangi segerombol dari mereka yang selalu tersenyum ketika kumasuki kamar-kamar mereka, duduk santai diantara ranjang-ranjang bertingkat yang berjejer rapi bak asrama tentara kakakku. Ah lain kali kan kuceritakan indahnya.

Saat ini, ingin kucuplik sebuah episode dialog di waktu siang itu, Selasa 3 Januari 2012. Perbincangan singkat saat sholat dzuhur dilaksanakan, saat yang lain tengah berjejer memenuhi shaf dan merapatkannya, saya memanggil seseorang untuk menemani saya disudut teras itu, melihat tanah basah dan daun bambu yang melengkung diatas pagar tinggi seolah ingin pula mengintip wanita-wanita solihah ini, perbincangan antara dua orang yang sama-sama sedang diharamkan sholat ketika itu.

Dia adalah seseorang yang pernah -suatu kali- kutakuti kehilangannya, Rifkatunnisa’, begitulah namanya. Nama yang sangat indah; wanita yang lembut..
Dia wanita yang pintar, suatu kali kuintip rapotnya, dan betapa mengagumkan mendapati angka 10 berjejer di barisan pelajaran-pelajaran agamanya, ini yang berbeda, mungkin aku jadi tak setakjub ini jika itu tertulis di ilmu dunianya. ah, dan lagi-lagi biar kuceritakan di lain waktu tentangnya.

Kumulai percakapan dengan mengutarakan keinginan untuk kembali memintanya menjadi guru bahasa arab, ia mengiyakannya dengan malu-malu, lalu tentang manga dan komik conan yang ia gemari, dan tentang banyak hal, karena selalu saja ada banyak hal yang menarik saat bertemu dengannya. Hingga pada akhirnya aku bertanya tentang sesuatu yang membuatku penasaran selama ini;
tentang bagaimana ibunya sukses mencetak anak-anak solih dan solihah sepertinya dan adik-adiknya; tentang bagaimana membiasakan dia dan adik-adiknya menghafal Al-quran. Sekedar anda tahu, dia adalah seorang hafidzoh di umurnya yang masih sangat muda, hampir 17 thn atau mungkin lebih muda dari itu. Kedua adiknya juga sudah menggenggam 6 juz di kelas 1 & 2 tsanawiyah, juga yang mengagumkan adiknya yang kecil, sudah menghafal 1 juz di kelas 1 SD. Subhaanalloh! Benar-benar mengagumkan bagi seorang yang tak mengenal ilmu agama di tiap jenjang sekolah seperti saya.

Lalu ia berkisah tentang kebiasaan ibunya yang setiap pagi dan petang membacakan lembaran-lembaran mushaf pada anak-anaknya, meminta mereka membacanya bersama-sama dengan perlahan, 3 sampai 5 ayat perharinya. Baru setelah lancar, beliau meminta mereka menghafalnya. hmm.. cara yang tepat memanfaatkan umur-umur yang luar biasa untuk menghafal.
Satu pelajaran bagi calon ibu seperti saya dan wanita2 yang lain, yang tentu menginginkan anak-anaknya solih dan solihah kelak.
Bisa jadi kebiasaan inilah yang membuat anak-anak itu terbiasa menghafal dan memahami sesuatu dengan cepat, dan memang kenyataannya dia dan adiknya termasuk murid berprestasi di kelasnya.

Disela-sela itu, ia sempat menunjukkan muka muram dan bersedih. Anda tahu kenapa? Terlihat kesedihannya saat ia bercerita bahwa ia menyesali ketertinggalannya dari adik-adiknya. Penyesalan yang membuat saya tertampar berkali-kali; ia menyesali masa lalunya, bahwa ketika ia masuk SMP, ia hanya dibekali 1 juz, sedang adik-adiknya sudah menghafal 4 juz, bahkan yang kecil sudah 1 juz di kelas 1 SD! Subhaanalloh. Penyesalan yang tidak pernah saya fikirkan di usia semuda itu, penyesalan yang tertanam di benak saya selama bertahun-tahun adalah ketika dunia dan nilai-nilainya memihak pada orang lain; saya ingat begitu cemburunya dan panasnya hati jika nilai-nilai di rapot saya tertinggal meski 1 poin saja.

Subhaanalloh. Jauh… jauh sekali nilainya! Dunia dan akhirat, maa syaa Alloh. .
Saya tertunduk dan tersenyum kala itu. Duhai Robbi, biarkan saya belajar untuk menjadi orangtua yang benar bagi anak-anak saya kelak. Menjadikan akhirat yang pertama dan utama dari kehebatan dunia. Teringat perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh; “World’s like a shadow, when you turn back, then it will follow you…”

Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyatinaa qurrota a’yun. aamiin